Wednesday, 5 November 2014

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN

KOMPOSISI JENIS ALAT TANGKAP YANG BEROPERASI DI PERAIRAN TELUK BANTEN SERANG

Oleh:


Hj. Teti Resmiati,Ir.
Skalalis Diana, MSi
Sri Astuty, MSc.


























BAB I
PENDAHULUAN



1.1             Latar Belakang

Perairan laut di Jawa bagian Barat, memiliki luas sekitar 220.000 km2 (0,038 % dari luas perairan laut Indonesia) dengan panjang garis pantainya mencapai 1.310 km (1,617% dari panjang garis pantai kawasan Nusantara). Berdasarkan data yang ada, pemanfaatan perikanan tangkap di Jawa bagian Barat,masih belum optimal, karena dari potensi penangkapan ikan laut sebesar 250.000 ton/tahun, baru dimanfaatkan sekitar 173.335,60 ton (68,33%) (Dinas Perikanan DT I Jawa Barat dan Institut Pertanian Bogor, 1999; Setyohadi 1999; Sularso 1999).
Dewasa ini, pemanfaatan sumber daya ikan laut di wilayah Jawa bagian Barat tidak merata, yaitu di pantai Utara Jawa dengan potensi ikan laut sebesar 80.420 ton/tahun, pemanfaatannya sudah melebihi potensi yang ada yakni 167%, sedangkan di pantai Selatan baru sekitar 33 % dan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) baru sekitar 145 ( Dinas Perikanan DT I Jawa Barat dan Institut Pertanian Bogor, 1999).

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) DI PERAIRAN SEKITAR BITUNG SULAWESI UTARA

BAB. I PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.) tergolong sumberdaya perikanan pelagis penting dan merupakan salah satu  komoditi ekspor nir-migas.  Ikancakalangterdapathampir di seluruhperairan Indonesia, terutama di BagianTimur
Indonesia.
Bitung merupakan salah satu pusat kegiatan penangkapan cakalang di Indonesia. Hasil tangkapan cakalang di Bitung untuk tahun 2003 mencapai 46.454,3 ton atau sebesar 87,42 %, dari total produksi cakalang di Sulawesi Utara sebesar 53.139,9 ton. Nilai hasil tangkapan cakalang di Bitung untuk tahun 2003 tersebut mencapai Rp. 238.184.930.000.- (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, 2004).
Kegiatan penangkapan ikan tuna termasuk cakalang telah berkembang di perairan Indonesia, khususnya perairan timur Indonesia sejak awal tahun 1970-an (Sala, R.,  1999).
Penangkapan cakalang di Indonesia dilakukan dengan menggunakan huhate (pole and line), pancing tonda (troll line), pukat cincin (purse seine), jaring insang, dan payang. Penangkapan cakalang tertinggi terdapat di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dengan menggunakan huhate dan pancing tonda (Tampubolon, N., 1990).
Peningkatan produksi ikan cakalang di perairan Bitung masih dapat ditingkatkan, apabila operasi penangkapannya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien.  Salah satu caranya ialah dengan mengetahui musim tangkap ikan, sehingga dapat dilakukan persiapan yang lebih baik untuk melakukan operasi penangkapan yang lebih terarah.

Contoh Proposal KTI

Penggunaan Fyke nets sebagai alternatif alat tangkap ikan karang di Perairan Kabupaten Kepulauan Selayar


1  PENDAHULUAN UMUM

1.1  Latar Belakang

Terumbu karang Indonesia diperkirakan seluas 85.707 km2 yang terdiri atas terumbu tepi yang terdapat di 95 % pulau Indonesia yang jumlahnya 17.500 buah, terumbu penghalang yang terdapat di beberapa tempat di Selat Makassar dan Kalimantan Timur, terumbu cincin atau atol di Taka Bonerate dan “oceanic platform reef” (Dahuri 2003).   Luas terumbu karang di Indonesia hanya sekitar 15 % dari luas terumbu karang dunia, sungguhpun demikian dengan melihat tingkat keragaman jenis terumbu karang Indonesia yang sangat tinggi terutama dikawasan Maluku dan Sulawesi menjadikan Indonesia sebagai pusat kawasan terumbu karang dunia (Dahuri 2003; Tim penyusun Pedoman Umum COREMAP II 2004).
 Seperti halnya di negara-negara kepulauan di dunia, ekosistem terumbu karang Indonesia menyediakan sumber makanan yang penting berupa ikan, krustasea, dan moluska.  Produksi ikan karang Indonesia dapat mencapai 30 ton/km2/tahun (Tim penyusun Pedoman Umum COREMAP II 2004).  Hal inilah yang membuat perikanan terumbu karang merupakan salah satu sumber penghidupan utama bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (King 1995).

Contoh proposal KTI

PROPOSAL STUDI PERIKANAN TANGKAP PAYANG LEMURU DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI TRENGGALEK JAWA TIMUR
Oleh : RIZKHA AYUDYA YULIASARI K2C 009 039
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jawa Timur merupakan propinsi di Indonesia yang kawasan lautnya hampir empat kali luas daratan, dengan 74 pulau kecil dengan garis pantai sepanjang 1.600 km. Produksi perikanan laut Jawa Timur pada tahun 2007 sebesar 796.640 ton per tahun atau 16,19 % dari total produksi perikanan laut Indonesia sebesar 4.942.430 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan perikanan laut Jawa Timur cukup besar bagi total produksi perikanan laut Indonesia (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008). Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan dari wilayah Propinsi Jawa Timur pada koordinat 111ο 24’ – 112ο 11’ BT dan 70ο 63’ – 80ο 34’ LS. Di Kabupaten Trenggalek ini terdapat PPN Prigi. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi adalah unit pelaksana teknis bidang pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jendral Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan perikanan ini bertugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanafaatan sumberdaya untuk pelestarian dan kegiatan kelancaran kapal perikanan serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. 1.2. Perumusan Masalah Alat tangkap Payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan peraiaran. Konstruksi alat tangkap tersebut hampir mirip dengan lampara, tetapi tidak menggunakan otter board. Pengoperasian Payang dilakukan pada permukaan perairan. Payang mempunyai tingkat selektifitas yang rendah disebabkan penggunaan mesh size yang kecil, sehingga dapat menangkap ikan-ikan kecil seperti Teri sampai ikan yang berukuran lebih besar seperti Tongkol dan sebagainya. Alat tangkap Payang di PPN Prigi banyak dioperasikan dengan kapal-kapal berukuran kurang dari 30 GT dengan jumlah trip yang umumnya one day fishing. Payang secara ekonomis termasuk alat tangkap yang menguntungkan karena menghasilkan tangkapan ikan yang bernilai ekonomis tinggi seperti Teri Nasi dan juga dapat untuk menangkap ikan-ikan besar semacam Tongkol, Tenggiri dan sebagainya. Pengoperasiannya dimulai dengan penurunan atau penebaran jaring (setting), immersing, kemudian dilanjutkan dengan penarikan jaring (hauling), hingga akhirnya ikan terkumpul dan kemudian jaring diangkat. Selanjutnya ikan akan diambil dan dimasukkan ke dalam palka.

CONTOH PROPOSAL : FYKE NET, ALAT PENANGKAP IKAN KARANG ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN

1  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Terumbu karang Indonesia diperkirakan seluas 85.707 km2 yang terdiri atas terumbu tepi yang terdapat di 95 % pulau Indonesia yang jumlahnya 17.500 buah, terumbu penghalang yang terdapat di beberapa tempat di Selat Makassar dan Kalimantan Timur, terumbu cincin atau atol di Taka Bonerate dan “oceanic platform reef” (Dahuri 2003).   Luas terumbu karang di Indonesia hanya sekitar 15 % dari luas terumbu karang dunia, sungguhpun demikian dengan melihat tingkat keragaman jenis terumbu karang Indonesia yang sangat tinggi terutama dikawasan Maluku dan Sulawesi menjadikan Indonesia sebagai pusat kawasan terumbu karang dunia (Dahuri 2003; Tim penyusun Pedoman Umum COREMAP II 2004).
 Seperti halnya di negara-negara kepulauan di dunia, ekosistem terumbu karang Indonesia menyediakan sumber makanan yang penting berupa ikan, krustasea, dan moluska.  Produksi ikan karang Indonesia dapat mencapai 30 ton/km2/tahun (Tim penyusun Pedoman Umum COREMAP II 2004).  Hal inilah yang membuat perikanan terumbu karang merupakan salah satu sumber penghidupan utama bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil (King 1995).

CONTOH PROPOSAL BUDIDAYA IKAN GURAME


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Ikan gurami (Osphronemus gouramy sp) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah Menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal gurami, rasa dagingnya yang gurih dan lezat sangat digemari masyarakat. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. Selain yaitu pertumbuhannya yang lambat bila dibandingkan dengan ikan budidaya lainnya, seperti ikan mas. Salah satu cara untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan Ikan gurami(Osphronemus gouramy sp) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar itu, ikan ian untuk meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat, yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi dan pemeliharaannya yang relatif mudah. Namun salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ini memiliki hambatan pertumbuhan tetapi dapat diatasi dengan pemberian pakan berkualitas dalam jumlah yang cukup. Ricky, (2008)
Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus-menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebapkan pertumbuhan merupakan salahsatu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan, dikarenakan petumbuhan yang menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu.apabila ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu merupakan suatu proses biologi dimana banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan maupun faktor dari luar. Reinthal, (2005)
Lovell (1980) dalam Mokoginto, (2009) menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk hidup pokok dipenuhi terlebih dahulu sebelum energi pakan dapat disediakan ntuk pertumbuhan. Jika kandungan energi pakan rendah maka sebagian besar protein pakan akan di katabolisme untuk memenuhi kebutuhan energi ikan. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi, maka ikan akan makan sejumlah kecil pakan tersebut. Hal ini akan membatasi banyaknya protein pakan yang dimakan, sehingga akan membatasi pertumbuhan ikan.
Upaya peningkatan produksi gurami (Osphronemus gourami sp) dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas pakan dan genetik. Perbaikan kualitas pakan dilakukan melalui perbaikan formulasi pakan sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Keberadaan strain-strain gurami juga sangat pentingdalam upaya perbaikan dan potensi genetic gurami untuk mengatasi pertumbuhannya yang angat lambat. Pada tahap awal, upaya yang dapat dilakukan adalah mengetahui potensi pertumbuhan strain-strain pertumbuhan gurami yang ada. Pengujian formulasi pakan yang dikombinasikan dengan strain-strain gurami perlu dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan ikan gurami. Sjamsudin, (2008)

CONTOH PROPOSAL BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR


Abstract



Protein sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup terutama manusia.Salah satu sumber protein yang mudah didapat adalah ikan.Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin dan mineral yang sangat baik dan prospektif.Keunggulan utama protein ikan dibanding dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam.kemudahannya untuk dicerna. Ikan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu ikan air laut,ikan air tawar dan ikan air payau atau tambak. Kandungan gizi ikan air tawar cukup tinggi danhampir sama dengan ikan air laut, sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Tingginya kandungan protein dan vitamin membuat ikan yang mudah dibudidayakan ini sangat membantu pertumbuhan anak-anak balita.Dibandingkan dengan Negara-negara lain, konsumsi ikan perkapita pertahun di Indonesia saat ini masih tergolong rendah,
yaitu ± 19,14 kg. hal ini sangat disayangkan,terutama mengingat betapa besar peranan gizi ikan bagi kesehatan.

Untuk mengatasi masalah rendahnya konsumsi ikan air laut karena harganya yang relatif mahal, perlu pengembangan ikan air tawar.Lingkungan hidup ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah atau rawa. Jenis ikan air tawar yang umum dikonsumsi adalah sidat, belut, gurame, lele, mas, nila, tawes,mujair, sepat, betok, gabus dan lainnya. Dalam karya ilmiah ini penyusun akan membahas tentang pembesaran ikan air tawar khususnya ikan lele lokal yang dilakukan di dalam kolam.
Hal ini dikarenakan dalam pembesaran ikan lele tidak dibutuhkan tenaga yang besar dan tidak memerlukan teknik yang rumit.Bahkan pembesaran ikan lele dapat dijadikan sebagai mata pencaharian tambahan (sambilan) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu juga dapat memenuhi kebutuhan protein hewani keluarga.


CONTOH PROPOSAL PENELITIAN STUDI KASUS PEMASARAN PISANG DI DAERAH LUMAJANG



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dalam bidang pembangunan yang berkaitan dengan bagaimana desa menjadi acuan penting dami meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada masa sekarang lebih lanjut di masa modernisai saat ini. Suatu pembangunan desa saat ini tentunya sudah menjadi sorotan utama yang patut untuk diperhatikan delam mengembangkan potensi yang ada di sebuah negara berkembang khususnya Indonesia. Hal ini juga tidak kalah pentingnya terhadap bagaimana persoalan petani yang hingga kini masih menjadi masalah utama dalam proses pertaniannya, sehingga petani sendiri masih belum mendapatkan kesempatan untuk merubah hidup mereka ke arah yang lebih baik.
Dalam Poju Suharso (2002:8) konsep modernisasi pertanian untuk menyebutkan fenomena komersial dan monetisasi di bidang pertanian sebenarnya telah dikenal cukup lama. Secara historis fenomena modernisasi ini telah berkembang sejak zaman pro kolonial hingga berlanjut pada masa kolonial. Namun, fenomena modernisasi pertanian ini di Indonesia menemukan artikulasinya secara meluas sejak awal tahun 1970-an, tapat ketika negeri ini mengintroduksi ‘revolusi hijau’ dan penetrasi teknologi baru di bidang pertanian (Nasikum, dkk. 1989). Maka dari itu, pembaharuan yang terjadi terutama dalam bidang teknologi serta bagaimana cara pemasaran yang akan menentukan terhadap keberhasilan serta kesejahteraan masyarakat petani pada umumnya dengan kata lain untuk mendukung perkembangan masyarakat pedesaan.

KAJIAN KERAMAHAN LINGKUNGAN ALAT TANGKAP MENURUT KLASIFIKASI STATISTIK INTERNASIONAL STANDAR FAO PADA ALAT TANGKAP JARING KLITIK/ GILL NET DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI

 

PROPOSAL

kami tujukan sebagai salah satu syarat dalam pengumpulan Angka Kredit













Oleh :
Achmad Wais, S.St.Pi


SATUAN KERJA PENGAWASAN SUMBERDAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN PRIGI
TAHUN 2013



DAFTAR ISI


PRAKATA  ......................................................................................................................  ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................  iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................  iv
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................  1
I.1  Latar Belakang Masalah ............................................................................................  1
I.2. Maksud dan Batasannya ...........................................................................................  1
I.3. Tujuan .........................................................................................................................  2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................  4
II,1. Alat Tangkap Gill net/Jaring Insang........................................................................... 4
II.2. Alat Tangkap Ramah Lingkungan............................................................................. 7
II.3. Kriteria Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan ...............................................  8
II.4. Desain Alat Tangkap Gill net .....................................................................................  12
II.5. Penentuan Ukuran Mata Jaring Gill net ....................................................................  14
II.6.Perakitan dan Pemasangan Jaring Gill net ...............................................................  16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................................ 18
III.1  jenis Penelitian ..........................................................................................................  18
III.2  waktu dan tempat .....................................................................................................  18
III.3  Alat dan Bahan .........................................................................................................  18


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................  19




CONTOH PROPOSAL KAJIAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP HAND LINE DI LAUT MALUKU


  
                                  
PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai sumberdaya ikan yang berpotensi dari segi jumlah dan jenisnya. Salah satu sumber hayati laut di Indonesia adalah perikanan tuna yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi sehingga tuna dapat dijadikan salah satu andalan ekspor non migas dari sektor perikanan. Potensi perikanan tuna di Indonesia menurut Komisi Nasional Pengkajian Stok cukup besar sedangkan beberapa daerah tertentu tingkat pemanfaatannya masih rendah. Meskipun tingkat pemanfaatan ikan tuna di Indonesia sampai saat ini dapat dikatakan masih di bawah Total Allowable Catch (TAC) atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan, namun pengelolaan sejak dini sangat dibutuhkan mengingat sifat dari ikan tuna tergolong peruaya jarak jauh (Luasunaung, 2006). Dari semua alat tangkap yang digunakan Musim penangkapan tuna dengan hand line di Laut Maluku Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(1): 6-9, Juni 2012 7menangkap tuna, alat tangkap long line, dan hand line merupakan alat tangkap yang paling banyak jumlah penggunaannya.
Salah satu cara meningkatkan produksi tuna adalah melalui peningkatan unit upaya (effort) yaitu dengan mengerahkan unit atau armada penangkapan ikan menuju lokasi yang diduga padat populasinya. Agar tetap terjaga kelestariannya diperlukan pengelolaan secara rasional yaitu meliputi pendugaan musim ikan dan bagaimana perubahannya sebagai respon dari kegiatan eksploitasi.
Tulisan ini membahas mengenai periode musim penangkapan ikan tuna di perairan Laut Maluku, berdasarkan hasil tangkapan dan jumlah trip penangkapan per bulan dengan alat tangkap tuna hand line. Lokasi pengambilan data yaitu di Pelabuhan Perikanan Samudra Bitung (PPS) selang waktu tahun 2007- 2011.

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TENTANG EFEKTIVITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI WILAYAH PESISIR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA



A. Pendahuluan
Negara Republik Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki kedaulatan yurisdiksi atas wilayah perairan Indonesia, serta kewenangan dalam menetapkan pengaturan tentang pemanfaatan sumber daya ikan, baik untuk penangkapan maupun pembudidayaan ikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun pemanfaatan sumber daya ikan harus tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya serta kesinambungan pembangunan perikanan nasional secara berkelanjutan.
Pembudidayaan perikanan merupakan fokus pembangunan wilayah pesisir dalam program pembangunan nasional ke depan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir. Mengingat secara de facto bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km2 perairan teritorial; dan 2,8 juta km2 perairan nusantara) atau 62% dari luas teritorialnya.
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut Tahun 1982 yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea 1982, menempatkan Indonesia memiliki hak berdaulat (sovereign rights) untuk melakukan pemanfaatan, konservasi, dan pengelolaan sumber daya ikan di Zona Ekonomi Ekskluisf (ZEE) Indonesia, dan Laut Lepas yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan atau standar internasional yang berlaku.
Indonesia diberi hak kewenangan memanfaatkan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km2 yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumber daya hayati dan non hayati, penelitian, dan yuridikasi mendirikan instalasi atau pulau buatan. Batas ZEE ini adalah 200 mil dari garis pantai pada surut terendah. Disamping itu, wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumber daya alam yang dapat pulih maupun sumber daya alam yang tidak dapat pulih. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia, karena memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, yang sangat luas dan beragam yang menjadi tempat pembudidayaan perikanan.

PEMANTAUAN KADAR LOGAM BERAT MERKURI (Hg), KADMIUM (Cd), DAN TIMBAL (Pb) YANG TERKANDUNG DALAM DAGING KERANG HIJAU (Perna viridis Linn) YANG BERASAL DARI PERAIRAN TELUK JAKARTA



Oleh : Ahmad Dwi Kurniawan,S.Pi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Pembangunan yang pesat di bidang industri di satu sisi akan meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu dengan meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi di lain sisi akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat akibat limbah  dan pencemaran yang ditimbulkan oleh industri-industri dan rumah tangga. Salah satu pencemaran air adalah masuknya logam berat dalam perairan. Peningkatan kadar logam berat ini dalam perairan akan mencemari organisme yang hidup di perairan tersebut seperti kerang, ikan dan biota lainnya. Pemanfaatan biota ini sebagai bahan konsumsi makanan akan membahayakan kesehatan manusia
Kerang Hijau (Perna viridis Linn.) merupakan salah satu komoditi perika
nan yang sudah lama
Kerang Hijau (Perna viridis Linn.) merupakan salah satu komoditi perikanan yang sudah lama
Kerang Hijau (Perna viridis Linn.) merupakan salah satu komoditi perikanan yang sudah lama dikenal dan dewasa ini kerang jenis tersebut telah banyak dibudidayakan. Teknik budidayanya mudah dikerjakan, tidak memerlukan modal yang besar dan dapat dipanen setelah berumur 6-7 bulan. Hasil panen Kerang Hijau per hektar per tahun dapat mencapai 200-300 ton kerang utuh atau sekitar 60-100 ton daging kerang (Porsepwandi, 1998).
Hutagalung (1991), menyatakan kandungan logam berat tertinggi ditemukan pada jenis kerang-kerangan karena organisme ini merupakan organisme invertebrata filter feeder dan hidup menetap. Selanjutnya Hutagalung (1991), menyatakan bahwa kandungan logam berat dalam daging organisme perairan biasanya lebih tinggi daripada kandungan logam berat pada perairannya sendiri, karena logam berat tersebut akan terakumulasi di dalam dagingnya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perlu adanya suatu upaya untuk menurunkan kandungan logam berat pada daging Kerang Hijau sehingga pengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya dapat dicegah secara dini. Logam berat Hg, Cd, dan Pb diambil sebagai logam berat yang direduksi karena menurut Hutagalung (1991), ketiga logam berat ini mempunyai tingkat toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan logam berat lainnya serta menurut SNI batas maksimal Hg yang ada pada bahan baku merupakan batas maksimal terkecil dibandingkan dengan jenis logam berat lain yaitu sebesar 0,5 mg/kg.

CONTOH PROPOSAL STUDI PERIKANAN TANGKAP PAYANG LEMURU DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PRIGI TRENGGALEK JAWA TIMUR

Oleh : RIZKHA AYUDYA YULIASARI

K2C 009 039

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
 2011
I. PENDAHULUAN
 1.1. Latar Belakang
Jawa Timur merupakan propinsi di Indonesia yang kawasan lautnya hampir empat kali luas daratan, dengan 74 pulau kecil dengan garis pantai sepanjang 1.600 km. Produksi perikanan laut Jawa Timur pada tahun 2007 sebesar 796.640 ton per tahun atau 16,19 % dari total produksi perikanan laut Indonesia sebesar 4.942.430 ton. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan perikanan laut Jawa Timur cukup besar bagi total produksi perikanan laut Indonesia (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008). Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang terletak di bagian selatan dari wilayah Propinsi Jawa Timur pada koordinat 111ο 24’ – 112ο 11’ BT dan 70ο 63’ – 80ο 34’ LS. Di Kabupaten Trenggalek ini terdapat PPN Prigi. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi adalah unit pelaksana teknis bidang pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jendral Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan perikanan ini bertugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanafaatan sumberdaya untuk pelestarian dan kegiatan kelancaran kapal perikanan serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.
 1.2. Perumusan Masalah
Alat tangkap Payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan peraiaran. Konstruksi alat tangkap tersebut hampir mirip dengan lampara, tetapi tidak menggunakan otter board. Pengoperasian Payang dilakukan pada permukaan perairan. Payang mempunyai tingkat selektifitas yang rendah disebabkan penggunaan mesh size yang kecil, sehingga dapat menangkap ikan-ikan kecil seperti Teri sampai ikan yang berukuran lebih besar seperti Tongkol dan sebagainya. Alat tangkap Payang di PPN Prigi banyak dioperasikan dengan kapal-kapal berukuran kurang dari 30 GT dengan jumlah trip yang umumnya one day fishing. Payang secara ekonomis termasuk alat tangkap yang menguntungkan karena menghasilkan tangkapan ikan yang bernilai ekonomis tinggi seperti Teri Nasi dan juga dapat untuk menangkap ikan-ikan besar semacam Tongkol, Tenggiri dan sebagainya. Pengoperasiannya dimulai dengan penurunan atau penebaran jaring (setting), immersing, kemudian dilanjutkan dengan penarikan jaring (hauling), hingga akhirnya ikan terkumpul dan kemudian jaring diangkat. Selanjutnya ikan akan diambil dan dimasukkan ke dalam palka.