PROPOSAL
kami tujukan sebagai salah satu syarat dalam
pengumpulan Angka Kredit
Oleh
:
Achmad
Wais, S.St.Pi
SATUAN
KERJA PENGAWASAN SUMBERDAYA
KELAUTAN
DAN PERIKANAN PRIGI
TAHUN
2013
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
I.2.
Maksud dan Batasannya ........................................................................................... 1
I.3.
Tujuan ......................................................................................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
II,1. Alat Tangkap Gill net/Jaring
Insang...........................................................................
4
II.2. Alat Tangkap Ramah Lingkungan.............................................................................
7
II.3.
Kriteria Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan ............................................... 8
II.4.
Desain Alat Tangkap Gill net ..................................................................................... 12
II.5.
Penentuan Ukuran Mata Jaring Gill net .................................................................... 14
II.6.Perakitan
dan Pemasangan Jaring Gill net ............................................................... 16
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN............................................................................
18
III.1 jenis Penelitian .......................................................................................................... 18
III.2 waktu dan tempat ..................................................................................................... 18
III.3 Alat dan Bahan ......................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Masalah
Jaring insang/gill net adalah salah
satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menjadi empat
persegi panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung dan
pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat sehingga dengan adanya
dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah
penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota perairan. Di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Prigi, gill net banyak dipakai oleh nelayan sebagai alat tangkap
ikan.
Banyaknya
alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan menjadikan alat tangkap ikan
dibagi menjadi dua yaitu alat tangkap yang ramah lingkungan dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Adapun alat tangkap yang ramah lingkungan menurut FA adalah mempunyai selektifitas yang tinggi, tidak
merusak habitat, menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi, tidak membahayakan
nelayan, produksi tidak membahayakan konsumen, by-catch rendah, dampak ke biodiversty
rendah, tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi , dan dapat diterima
secara sosial. Sedangkan untuk alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
diantaranya kompresor karena penggunaan kompresor merugikan pengguna
menyebabkan ganguan kesehatan pernapasan. Sehingga perlu untuk dilaksanakan kajian
terhadap penggunaan jaring klitik/gill net terhadap keramahan lingkungan
menurut klasifikasi
statistik internasional standar FAO di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi.
I.2.
Masalah Dan Batasannya
Masalah dibatasi mengenai alat tangkap
jaring klitik ditinjau dari segi keramahan lingkungan menurut klasifikasi
statistik internasional standar FAO
I.3.
Tujuan
mengetahui
apakah alat tangkap jaring klitik yang berada di PPN Prigi termasuk ramah
lingkungan atau tidaknya menurut klasifikasi statistik internasional standar
FAO.
BAB II
II.1.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1.
Alat Tangkap Gill net/Jaring Insang
Menurut Edi Mardiyanto pengertian
dari jaring insang/gill net adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan
dari bahan jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menjadi empat
persegi panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats)
dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (singkers)
sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang
dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota
perairan. Jumlah mata jaring ke arah horisontal atau ke arah Mesh length
(ML) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal
atau ke arah Mesh depth (MD).
Konstruksi jaring insang ada yang
terdiri dari satu lembar jaring, dua lembar jaring, dan ada juga yang terdiri
dari tiga lembar jaring. Untuk jaring insang yang konstruksinya hanya terdiri
dari satu lembar disebut dengan “Jaring insang satu lembar (Gill net)”,
yang konstruksinya terdiri dari dua lembar disebut dengan “Jaring insang dua
lembar atau jaring insang lapis dua (Double gill net atau Semi
trammel net)” dan untuk yang konstruksinya terdiri dari tiga lembar disebut
dengan “ jaring insang tiga lembar (Trammel net) ”. Penamaan dari ketiga
jenis jaring insang ini dapat berbeda menurut daerah, target tangkapan dan
nelayan yang mengoperasikannya.
Metode pengoperasian dari jaring
insang biasanya dilakukan secara pasif meskipun ada juga yang dilakukan secara
semi aktif atau dioperasikan secara aktif. Untuk yang pasif biasanya
dioperasikan pada malam hari baik itu dioperasikan dengan memakai alat bantu
cahaya (light fishing) atau tanpa memakai alat bantu cahaya.
Pemasangan jaring insang biasanya
dilakukan di daerah penangkapan yang diperkirakan akan dilewati oleh biota
perairan yang menjadi terget tangkapan, kemudian dibiarkan beberapa lama supaya
biota perairan memasuki atau terpuntal pada mata jaring. Lamanya perendaman
jaring insang di daerah penangkapan akan berbeda menurut target tangkapan atau
menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. Untuk jaring insang yang
dioperasikan secara semi aktif atau aktif, biasanya dioperasikan pada siang
hari yaitu dengan cara mengaktifkan jaring insang supaya biota perairan yang
menjadi target tangkapan dapat dengan cepat tertangkap, atau dengan kata lain
tidak menunggu biota perairan memasuki mata jaring atau terpuntal pada jaring.
Lamanya pengoperasian biasanya tidak memakan waktu yang lama atau hanya memakan
waktu antara 2-3 jam, bahkan ada yang kurang dari satu jam.
Ikan yang tertangkap pada mata
jaring (mesh size) jaring insang satu lembar, adalah ikan yang keliling
bagian belakang penutup insangnya (operculum girth) lebih kecil, dan
keliling badan maksimal nya (maximum body girth) lebih besar dari
keliling mata jaring. Untuk jaring insang dua lembar dan tiga lembar, ikan yang
memasuki mata jaring, selain ikan yang operculum
girth lebih kecil dan maximum body girth nya lebih besar dari
keliling mesh size jaring bagian
dalam (inner net), juga ikan yang mempunya keliling operculum girth nya
lebih besar dari keliling mata jaring bagian dalam inner net, tetapi keliling Maximum
body girth nya lebih kecil dari keliling mata jaring bagian luar (outer
net). Cara tertangkapnya ikan pada ke dua jenis jaring ini, selain terjerat
pada mata jaring bagian inner net juga tertangkap secara terpuntal pada mata
jaring bagian inner net dan outer net.
Berdasarkan jumlah lembar badan
jaring, jaring insang dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu:
1. Jaring
insang satu lembar (Gill net),
2. Jaring
insang dua lembar (Semi trammel net/Double
gill net), dan
3. Jaring
insang tiga lembar (Trammel net).
Gambar 1. Trammel Net
|
Gambar 2. Gill net
|
Gambar 3. Semi Trammel net
|
Berdasarkan konstruksi dari cara
pemasangan tali ris, jaring insang dapat dibagi lagi ke dalam empat jenis yaitu
:
- Pemasangan
tali ris atas dan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan
jaring,
- Pemasangan
tali ris atas disambungkan langsung dengan badan jaring, sedangkan tali
ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging
twine),
- Pemasangan
tali ris atas disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung (hanging
twine), sedangkan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan
jaring,
- Pemasangan
tali ris atas dan tali ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui
tali penggantung (hanging twine).
Berdasarkan metode pengoperasiannya,
jaring insang diklasifikasikan kedalam lima jenis, yaitu:
- Jaring
insang menetap (set gill net / fixed gill net),
- Jaring
insang hanyut (drift gill net),
- Jaring
insang lingkar (encircling gill net),
- Jaring
insang giring (frightening gill net/drive gill net), dan
- Jaring
insang sapu (rowed gill net).
Gambar 4. Konstruksi Jaring Insang Bagian Tali
Pelampung
II.1.2.
Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Teknologi
penangkapan ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak
memberikan dampat negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tangkap
tersebut tidak merusak dasar perairan, tidak berdampak negatif terhadap biodiversity, target resources dan non
target resources. Di Indonesia saat ini dikenal 3
(tiga) klasifikasi alat penangkapan ikan.
yang pertama : menurut klasifikasi A. Von Brandt, (1964), Kedua : klasifikasi
statistik internasional alat tangkap standar FAO, yang ketiga : klasifikasi
standar alat tangkap berdasarkan statistik perikanan Indonesia (Anonim, 2007).
Adapun alat analisis yang digunakan
menurut FAO (1995) sesuai dengan standar Code
of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9 (sembilan )
kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :
1. Mempunyai selektifitas yang tinggi,
2. Tidak merusak habitat,
3. Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi,
4. Tidak membahayakan nelayan,
5. Produksi tidak membahayakan konsumen,
2. Tidak merusak habitat,
3. Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi,
4. Tidak membahayakan nelayan,
5. Produksi tidak membahayakan konsumen,
6. By-catch rendah,
7. Dampak ke biodiversty rendah,
8.Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi,
7. Dampak ke biodiversty rendah,
8.Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi,
9. Dapat diterima secara social.
II.1.3. Kriteria Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan
Food Agriculture Organization
(FAO), sebuah lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang
menangani masalah pangan dan pertanian dunia, pada tahun 1995 mengeluarkan suatu tata cara
bagi kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF). Dalam CCRF ini,
FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi penangkapan ikan ramah
lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Alat tangkap harus memiliki
selektivitas yang tinggi
Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat
menangkap ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua macam selektivitas yang menjadi sub
kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas jenis. Sub kriteria ini
terdiri dari (yang paling rendah hingga yang paling tinggi) :
a.
Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh,
b. Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh,
b. Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh,
c. Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran
yang kurang lebih sama,
d. Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang
kurang lebih sama.
2. Alat tangkap yang digunakan tidak
merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang
ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat
penangkapan. Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut (dari yang rendah
hingga yang tinggi) :
a.
Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas,
b. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit,
c. Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit,
d. Aman bagi habitat (tidak merusak habitat).
b. Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit,
c. Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit,
d. Aman bagi habitat (tidak merusak habitat).
3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan)
Keselamatan manusia menjadi syarat
penangkapan ikan, karena bagaimana pun, manusia merupakan bagian yang penting
bagi keberlangsungan perikanan yang produktif. Pembobotan resiko diterapkan
berdasarkan pada tingkat bahaya dan dampak yang mungkin dialami oleh nelayan,
yaitu (dari rendah hingga tinggi) :
a. Alat
tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada nelayan,
b. Alat
tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen) pada
nelayan,
c. Alat
tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang sifatnya
sementara,
d. Alat
tangkap aman bagi nelayan.
4.
Menghasilkan ikan yang bermutu baik
Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan
tersebut dalam kondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan
kondisi hasil tangkapan secara morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendah
hingga tinggi) adalah sebagai berikut :
a. Ikan
mati dan busuk,
b. Ikan
mati, segar, dan cacat fisik,
c. Ikan
mati dan segar,
d. Ikan hidup.
5. Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen
Ikan yang ditangkap dengan peledakan bom pupuk kimia atau
racun sianida kemungkinan tercemar oleh racun. Pembobotan kriteria ini
ditetapkan berdasarkan tingkat bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harus
menjadi pertimbangan adalah (dari rendah hingga tinggi) :
a.
Berpeluang besar menyebabkan
kematian konsumen,
b.
Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan
konsumen,
c.
Berpeluang sangat kecil bagi
gangguan kesehatan konsumen,
d.
Aman bagi konsumen.
6.Hasil tangkapan yang terbuang minimum
Alat tangkap yang tidak selektif (lihat butir 1), dapat
menangkap ikan/organisme yang bukan sasaran penangkapan (non-target). Dengan
alat yang tidak selektif, hasil tangkapan yang terbuang akan meningkat, karena
banyaknya jenis non-target yang turut tertangkap. Hasil tangkapan non target,
ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Pembobotan kriteria ini ditetapkan
berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
a.
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis
(spesies) yang tidak laku dijual di pasar,
b.
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis
dan ada yang laku dijual di pasar,
c.
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan
laku dijual di pasar,
d.
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan
berharga tinggi di pasar.
7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan
dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
a.
Alat tangkap dan operasinya
menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak habitat,
b.
Alat tangkap dan operasinya
menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat,
c.
Alat tangkap dan operasinya
menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat,
d.
Aman bagi keanekaan sumberdaya
hayati.
8. Tidak menangkap
jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.
Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang-undang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa :
Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi undang-undang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa :
a.
Ikan yang dilindungi sering
tertangkap alat,
b.
Ikan yang dilindungi beberapa kali
tertangkap alat,
c.
Ikan yang dilindungi .pernah.
tertangkap,
d.
Ikan yang dilindungi tidak pernah
tertangkap.
9.
Diterima secara sosial.
Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat
tangkap, akan sangat tergantung pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di
suatu tempat. Suatu alat diterima secara sosial oleh masyarakat bila:
a. biaya
investasi murah,
b. menguntungkan
secara ekonomi,
c. tidak
bertentangan dengan budaya setempat,
d. tidak
bertentangan dengan peraturan yang ada.
Pembobotan
Kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa (dari yang
rendah hingga yang tinggi):
a. Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas,
a. Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas,
b. Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir
persyaratan di atas,
c. Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas,
d. Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas.
c. Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas,
d. Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas.
Bila ke sembilan kriteria ini
dilaksanakan secara konsisten oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
penangkapan ikan, maka dapat dikatakan ikan dan produk perikanan akan tersedia
untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal yang penting untuk diingat bahwa
generasi saat ini memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan ketersediaan
sumberdaya ikan bagi generasi yang akan datang dengan pemanfaatan sumberdaya
ikan yang berkesinambungan dan lestari. Perilaku yang bertanggung jawab ini
dapat memelihara, minimal mempertahankan stok sumberdaya yang ada kemudian akan
memberikan sumbangan yang penting bagi ketahanan pangan (food security), dan peluang pendapatan yang berkelanjutan.
II.1.4.
Desain Alat tangkap gill net
Desain dan
perakitan gill net : contoh
Gill net
|
Kapal
|
|
gill net dasar untuk kepiting
|
panjang
|
: 5- 15 m
|
Brittany, Perancis
|
daya mesin
|
: 15-20 PK
|
Gambar 5. Desain dan perakitan jaring
gill net
Gambar diatas memberikan informasi mengenai jaring itu
sebagai berikut :
Ukuran mata
|
: 320 mm
|
29 - 30
|
Panjang
|
: 313 mata
|
|
Dalam
|
: 5 1/2 mata
|
|
Hanging Ratio( E)
|
: 0,50
|
38-39
|
pelampung
|
: 32 pelampung plastik, dengan daya apung masing-masing 250
gf
|
47-49
|
pemberat
|
: 156 buah timah, masing-masing 50 gram
|
|
Tali / Benang
|
: bahan PA, ukuran R 1666 tex
|
7-10
|
Ris atas
|
. PP / PA, diameter 6 mm panjang 50 m
|
7-8
|
Ris bawah
|
: PP / PA, diameter 6 mm panjang 50 m
|
7-8
|
1.5.1.4 Penentuan ukuran mata jaring
gill net
Penentuan mata jaring menurut species ikan
Dalam rumus Fridman disebutkan
perbandingan antara lingkar body atau panjang ikan yang akan ditangkap dengan
ukuran mata jaring gill net seba gai berikut :
OM = L (Ikan) / K
dimana,
Om
|
: lebar pembukaan mata jaring (mm)
|
L (ikan)
|
: panjang rata rata ikan yang akan ditangkap
|
K
|
: nilai koefnien menurut species
|
dan
K
|
= 5 untuk ikan yang
panjang dan pipih
|
K
|
= 3,5 untuk ikan
berukuran sedang (tidak terlalu tebaldan
terlalu pipih)
|
K
|
= 2,5 untuk ikan yang besar, lebar atau tinggi
|
Beberapa contoh ukuran mata jaring
teregang (mm) untuk spesies ikan tertentu :
Spesies demersal di perairan
tropis
|
|
Kurau
|
50
|
Manyung
|
75
|
Kerong-kerong
|
50
|
Belanak
|
110-120
|
Maigre (Sciaenidae)
|
120-140
|
Gulamah
|
160- 200
|
Seabream
|
140- 160
|
Alu-alu
|
120
|
* penjelasan mengenai ukuran mata dan bukaan mata
pada halaman 29.
Temperate demersal species
|
|
cod
|
150-170
|
pol lack
|
150-190
|
Pasifik pollack
|
90
|
ikan lidah
|
110-115
|
hake
|
130-135
|
red mulle (Mugilidae)
|
25
|
halibut (Greenland)
|
250
|
turbot,monk,anglerfish
|
240
|
Crustaceans
|
|
shrimp
(India)
|
36
|
shrimp (El
Salvador)
|
63-82
|
green spiny
lobster
|
160
|
red
spinylobster
|
200-220
|
spider crab
|
320
|
king crab
|
450
|
Small pelagic species
|
|
sprat
|
22-25
|
herring
|
50-60
|
teri
|
28
|
sardine
|
30-43
|
sardinella
|
45-60
|
shad (Ethmalosa)
|
60-80
|
kembung
|
50
|
tongkol
|
75
|
tenggiri
|
100-110
|
Large pelagic species
|
|
Tenggiri,
kembung, cakalang
|
80-100
|
setuhuk,
ikanterbang
|
120-160
|
bonito, jacks
|
125
|
Atlantic
bluefirttuna
|
240
|
cucut
|
170-250
|
ikan pedang
|
300- 330
|
salmon
|
120- 200
|
II.1.5. Perakitan dan pemasangan jaring
gill net
Benang sebaiknya agak kecil dan tidak
kaku sehingaa yang tertangkap tidak rusak, Ketahanan putus benang harus baik
dan hal ini penting, Khususnya untuk gill net dssar dan di sesuaikan
antara ukuran ikan dan mata jaring, benang sebaiknya juga tidak mudan terlinat
meskipun daiam perairan jernih (mono atau muitifilament
) atau warna tidak menyolok dengan lingkungan setempat. Disamping itu
benang Juoan lentur. Catatan: Dayo mulur benang 20 -40% sebelum putus. Memilih
diameter bebarg untuk gill net
Diameter benang sebaiknya sebanding
dengan ukuran mata jaring. Nilai ratio
Ukuran mata jaring teregang
|
(dalam satuan yang sama)
|
=0.0025
|
pada perairan tenang dangan perkira
an hasil tangkap rendah, sedangkan pada perairan bergelombang atau pada
dasar perairan nilai rationya = 0,01 Ratio rata-rata = 0,005.
Pemilihan jenis benang untuk gill net.
ukuran mata
|
perairan danau,sungai
|
perairan pantai
|
laut
|
|||||
mm
|
multilil. m/kg
|
monofil. Ømm
|
multifil. m/Kg
|
monofii. 0mm
|
multimono. n x Ømm
|
multifil. m/kg
|
monofil. Ømm
|
multimono. n x Ømm
|
30
|
20
000
|
0.2
|
10
000
|
0.4
|
||||
6
660
|
||||||||
50
|
20
000
|
13
400
|
6
660
|
|||||
60
|
13
400
|
0.2
|
10
000
|
4
440
|
||||
80
|
10
000
|
6
660
|
4
x 0.15
|
4
440
|
0.28-0.30
|
6
à 8 x 0.15
|
||
100
|
6
660
|
4
440
|
0.3
|
3
330
|
0.5
|
|||
120
|
6
660
|
4
440
|
0.35-0.40
|
3
330
|
0.6
|
6
x 0.15
|
||
140
|
4
430
|
3
330
|
6x0.15
|
2
220
|
8
x 0.15
|
|||
160
|
3
330
|
3
330
|
8
à 10 x 0.15
|
2
220
|
0.6-0.7
|
10
x 0.15
|
||
200
|
2
220
|
2
220
|
1
550
|
0.9
|
||||
240
|
1
550
|
1
550
|
1
100
|
|||||
500
|
1
615- 2 220
|
|||||||
600
|
3
330
|
1615
- 2 220
|
||||||
700
|
2
660
|
Pengaruh hanging ratio pada efisiensi penangkapan dari jaring yang digunakan.
Hanging ratio horizontal pada gill
net umumnya 0,5
-
Jika E lebih Kecil dari 0,5 jaring
cenderung memuntal ikan dan akan menangkap berbagai spesies ikan yang berbeda.
Hal ini sering terjadi peda jaring yang menetap.
-
Jika E lebih besar dari 0,5 jaring
cenderung menjerat ikan dan lebih selektlf dibandingkan dengan jaring diatas.
Hal ini sering terjadi pada jaring hanyut.
Beberapa contoh perakitan
Pada tali ris atas dengan pelampung
Gambar 6. Perakitan jaring gill net tali
ris atas dengan pelampung
Pada tali ris bawah dengan pemberat
Gambar 7 . Perakitan jaring gill
net tali ris bawah dengan pemberat
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1.
JENIS PENILITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adlah penelitian
nonexsperimental dengan pendekatan deskriptif yaitu suatu metode yang
memberikan gambaran atau keadaan objek yang diteliti berdasarkan data yang
dikumpulkan kemudian dianalisis oleh penulis sehingga dapat diambil keputusan
dan kesimpulan yang tepat
III.2.
WAKTU DAN TEMPAT
Waktu pelaksanaan dilakukan pada semester 1 tahun 2014
bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi
III.3.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan yaitu alat tulis, kamera
dan komputer
DAFTAR PUSTAKA
FAO corporate document repository
title petunjuk praktis bagi nelayan (2013). http://www.fao.org/docrep/010/ah827o/ah827id04.htm
Tajjudah(2009) http://muslim-tadjuddah.blogspot.com/2009/01/analysis-environmental-friendly-for.html
Balai
Besar Penyuluhan Perikanan Indonesia, 2008, Klasifikasi Alat Penangkap. Ikan
Indonesia, Semarang
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku
Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metoda Dan Taktik Penangkapan.
No comments:
Post a Comment