BAB. I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis L.)
tergolong sumberdaya perikanan pelagis penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor nir-migas. Ikancakalangterdapathampir di seluruhperairan Indonesia,
terutama di BagianTimur
Indonesia.
Bitung merupakan salah satu
pusat kegiatan penangkapan cakalang di Indonesia. Hasil tangkapan cakalang di
Bitung untuk tahun 2003 mencapai 46.454,3 ton atau sebesar 87,42 %, dari total
produksi cakalang di Sulawesi Utara sebesar 53.139,9 ton. Nilai hasil tangkapan
cakalang di Bitung untuk tahun 2003 tersebut mencapai Rp. 238.184.930.000.-
(Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, 2004).
Kegiatan
penangkapan ikan tuna termasuk cakalang telah berkembang di perairan Indonesia,
khususnya perairan timur Indonesia sejak awal tahun 1970-an (Sala, R., 1999).
Penangkapan
cakalang di Indonesia dilakukan dengan menggunakan huhate (pole and line), pancing tonda (troll
line), pukat cincin (purse seine),
jaring insang, dan payang. Penangkapan cakalang tertinggi terdapat di Sulawesi
Utara dan Sulawesi Selatan dengan menggunakan huhate dan pancing tonda
(Tampubolon, N., 1990).
Peningkatan produksi ikan
cakalang di perairan Bitung masih dapat ditingkatkan, apabila operasi
penangkapannya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien. Salah satu caranya ialah dengan mengetahui
musim tangkap ikan, sehingga dapat dilakukan persiapan yang lebih baik untuk
melakukan operasi penangkapan yang lebih terarah.
1.2
Tujuan
Tulisan ini membahas mengenai
periode musim penangkapan ikan cakalang di perairan Bitung dan sekitarnya,
berdasarkan hasil tangkapan dan jumlah trip penangkapan per bulan dengan huhate
di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Aertembaga dan TPI Manado, selang waktu tahun
1994 – 2004.
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Cakalang
IkanCakalang (Katsuwonuspelamis)
adalahikanberukuransedangdarifamiliaSkombride (tuna).Satu-satunyaspesiesdarigenusKatsuwonus.Cakalangterbesar,
panjangtubuhnyabisamencapai 1 m denganberatlebihdari 18 kg.Cakalang yang
banyaktertangkapberukuranpanjangsekitar 50 cm. Nama-namalainnya di antaranyacakalan,
cakang, kausa, kambojo, karamojo, turingan, danada pula yang menyebutnyatongkol (wikipedia, 2014).
Cakalangdikenalsebagaiperenangcepat
di lautzonapelagik.Ikaniniumumdijumpai
di lauttropisdansubtropis di SamudraHindia,
SamudraPasifik,
danSamudraAtlantik.Cakalangtidakditemukan di utaraLaut Tengah.Hidupbergeromboldalamkawananberjumlahbesar
(hingga 50 ribuekorikan).Makananmerekaberupaikan, krustasea, cephalopoda,
danmoluska.Cakalangmerupakanmangsapentingbagiikan-ikanbesar
di zonapelagik, termasukhiu(wikipedia,
2014).
Ikancakalangadalahikanbernilaikomersialtinggi,
dandijualdalambentuksegar, beku, ataudiprosessebagaiikankaleng, ikankering,
atauikanasap. DalambahasaJepang,
cakalangdisebutkatsuo.Ikancakalangdiprosesuntukmembuatkatsuobushi
yang merupakanbahanutamadashi (kalduikan) untukmasakanJepang.
Di Manado,
danjugaMaluku,
ikancakalangdiawetkandengancarapengasapan, disebutcakalangfufu
(cakalangasap). Adapun,
cakalangdibudidayakansebagaisalahsatusumberbagimasyarakatjugasumberdevisanegara.[2]Cakalangmerupakansalahsatusumberproteinhewanidengankandung
omega-3 yang dibutuhkantubuh. Sebagaikomoditas yang dapatdiekspor (exportable),
cakalangturutberperandalamekonomi
Indonesia.Sumberdayacakalangdimanfaatkanolehkalanganmenengahkeatas(wikipedia,
2014).
2.2 Perairan Bitung Sulawesi Utara
Kota Bitungadalahsalahsatukota di ProvinsiSulawesi
Utara. Kota inimemilikiperkembangan yang cepatkarenaterdapatpelabuhanlaut
yang mendorongpercepatanpembangunan.Kota Bitungterletak di timurlautTanah Minahasa.Wilayah
Kota Bitungterdiridariwilayahdaratan yang berada di kaki gunungDuasudaradansebuahpulau
yang bernamaLembeh.Banyakpenduduk Kota Bitung yang berasaldarisukuSangir,
sehinggakebudayaan yang ada di Bitungtidakterlepasdarikebudayaan yang ada di
wilayahNusa
Utaratersebut. Kota Bitungmerupakankotaindustri,
khususnyaindustriperikanan(wikipedia, 2014).
Dari Sekitartahun 1940-an, parapengusahaperikanan yang
mengusahakanLaut SulawesitertarikdengankeberadaanBitungdibandingkanKema (di wilayahKabupatenMinahasa Utarasekarang) yang
dulunyamerupakanpelabuhanperdagangan, karenamenurutpandanganmerekaBitunglebihstrategisdanbisadijadikanpelabuhanpenggantiKema, SeiringdenganperkembanganBitungsebagaisuatukawasan
yang strategissertajumlahpenduduk yang
semakinbertambahdenganpesatnyamakaBerdasarkanPeraturanPemerintahNomor 4 Tahun
1975 tanggal 10 April 1975 Bitungdiresmikansebagai Kota Administratifpertama di
Indonesia(wikipedia, 2014).
BAB. IIIMETODE PENELITIAN
Analisis pola musim penangkapan ikan menggunakan
Metode Persentase Rata-rata (The Average
Percentage Methods) yang didasarkan pada Analisis Runtun Waktu (Times Series Analysis) (Spiegel, M.
R., 1961). Prosedurnya ialah sebagai berikut:
1. Hitung nilai
hasil tangkapan per upaya tangkap (CPUE = Catch Per Unit of Effort = U) per bulan (Ui) dan rata-rata
bulanan CPUE dalam setahun (
) .
m =
12 (jumlah bulan dalam setahun)
2. Hitung Up
yaitu rasio Ui terhadap
dinyatakan
dalam persen :
3. Selanjutnya dihitung :
IMi =
..……….…………..
(3)
IMi =
Indeks Musim ke i
t =
Jumlah tahun dari data
4. Jika jumlah IMi tidak 1200 % (12
bulan x 100 %), maka diperlukan penyesuaian dengan rumus (3) sebagai berikut :
IMSi
=
x IMi ………….…… (4)
IMSi = Indeks Musim ke i yang disesuaikan
5. Jika dalam perhitungan ada nilai ekstrim pada
Up, maka nilai Up tidak digunakan dalam perhitungan
Indeks Musim (IM), yang digunakan ialah median (Md) dari IM tersebut. Jika jumlah nilai Md tidak sebesar 1200 %,
maka perlu dilakukan penyesuaian sebagai berikut :
IMMdSi =
x Mdi
………….. (5)
IMMdSi = Indeks Musim dengan Median yang disesuaikan
ke i.
6. Kriteria penentuan musim ikan
ialah jika indeks musim lebih dari 1 (lebih dari 100 %) atau di atas rata-rata,
dan bukan musim jika indeks musim
kurang dari 1 (kurang dari 100 %).
Apabila IM = 1 (100 %), nilai ini sama dengan harga rata-rata bulanan
sehingga dapat dikatakan dalam keadaan normal atau berimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi
Utara, 2004. Buku Tahunan Statistik
Perikanan Tangkap Sulawesi Utara Tahun 2003. Manado.
Gafa, B., I.G.S. Merta, H.R. Barus, dan E.M.
Amin, 1993. Penurunan Hasil Tangkapan Ikan Tuna dan Cakalang di Perairan Sulawesi Utara dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jur.Pen.PerikananLaut72 : 11 – 19.
Matsumoto,
W.M., R.A. Skillman, and A.E. Dizon,
1984. Synopsis of Biological Data
on MatSkipjack Tuna,
Katsuwonuspelamis : NOOA Technical Report NMFS Circular 451. U.S. Department of Commerce.92 p.
Monintja, D. R., dam
Zulkarnain, 1995. AnalisisDampakPengoperasianRumponTipePhilipine di Perairan ZEE
terhadapPerikananCakalang di PerairanTeritorian Selatan Jawadan Utara Sulawesi.LaporanPenelitian.
FakultasPerikananInstitutPertanian Bogor.
Bogor. 70 hal.
Purwasasmita,
R., 1993. MusimPenangkapanIkanCakalang,
Katsuwonuspelamis, denganKapal-kapalHuhatedanPengaruhnyaTerhadapPeningkatanProduksi
di PerairanSekitarSorong.
Jur.Pen.PerikananLaut79 : 1 – 13.
Sala, R.,
1999. Perikanan Cakalang di
Sorong, Irian Jaya dan Kemungkinan Pengembangannya. Tesis (Tidak
Dipublikasikan). Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 131 hal.
Spiegel, M.
R., 1961. Theory
and Problems of Statistics.Schaum Publ. Co., New York. 359 p.
Tampubolon, N.,
1990. StudiTentangPerikananCakalangdan
Tuna Serta KemungkinanPengembangannya di PelabuhanRatu, Jawa Barat.Skripsi
(TidakDipublikasikan). Program StudiPemanfaatanSumberdayaPerikanan,
FakultasPerikananInstitutPertanian Bogor.
Bogor. 123 hal.
Uktolseja, J.C.B., 1997. Laporan Penelitian Indeks
Kelimpahan Ikan Tuna dan Cakalang di
Sekitar Rumpon (Tidak Diterbitkan). Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
29 hal. of AvianPathologists
Sumber: John S. Kekenusa*
* F-MIPA danFakultasPerikanandanIlmuKelautan, Universitas Sam
Ratulangi Manado, 95115
No comments:
Post a Comment